Pernahkah Anda merasakan malam Minggu yang sedikit cemas? Bukan karena akhir pekan akan berakhir, tapi karena di hari Senin, ada project besar yang menanti. Project yang punya satu kata kunci menyeramkan: “AI” atau “Machine Learning”. Bagi saya, kecemasan itu sangat nyata beberapa waktu lalu. Saya seorang cloud engineer. Saya nyaman dengan VPC, instance, container, dan database. Itu dunia saya. Tapi kemudian, project baru datang: membangun sistem rekomendasi real-time. Saya mencobanya di laptop lokal saya. Anda tahu apa yang terjadi. Kernel Jupyter saya terus-menerus crash. MemoryError menjadi teman akrab saya. Saya mencoba setup server on-premise, tapi waktu saya habis hanya untuk bergulat dengan driver CUDA dan dependensi Python yang saling bertabrakan. Saya merasa buntu. Frustrasi. Dan, jujur saja,…
Read more
Pernahkah Anda merasakan ini: Anda melihat sebuah karya seni digital yang luar biasa indahnya di linimasa. Detailnya sempurna, komposisinya menakjubkan, warnanya begitu hidup. Anda terpukau. Lalu Anda membaca keterangannya: “Dibuat dengan… (sebut saja nama generator gambar AI).” Apa yang Anda rasakan saat itu? Jika Anda seperti saya—seorang penulis, desainer, atau seniman—mungkin ada perasaan campur aduk. Ada kekaguman, tentu saja. Tapi mungkin… ada sedikit rasa sesak di dada? Sebuah pertanyaan pelan yang berbisik, “Apakah saya… akan tergantikan?” Jika Anda pernah merasakannya, saya ingin Anda tahu: Anda tidak sendirian. Keresahan itu nyata. Keresahan itu valid. Selama berabad-abad, kreativitas adalah benteng terakhir milik manusia. Itu adalah wilayah ‘suci’ kita; tempat logika berhenti dan jiwa mengambil alih. Dan kini, ‘benteng’ itu…
Read more
Pernahkah Anda berdiri di depan sebuah masalah sepele di rumah, lalu berpikir, “Masa sih, di tahun segini, saya masih melakukan ini secara manual?” Bagi saya, momen itu terjadi pada suatu Selasa malam, pukul 10. Lelah setelah seharian bekerja, saya dihadapkan pada ‘monster’ di sudut kamar: tumpukan cucian kotor. Putih, berwarna, gelap, campur aduk. Pikiran itu melintas. Saya seorang engineer. Saya punya Raspberry Pi 4 yang menganggur di laci. Saya membaca artikel tentang AI dan computer vision setiap hari. Tapi di sinilah saya, berjongkok, memisahkan kaus kaki dan kemeja seperti di zaman batu. Itu adalah sebuah kegelisahan. Kegelisahan yang mungkin Anda, sesama penghobi elektronik dan DIY enthusiast, juga rasakan. Kita punya skill teknologi, tapi seberapa sering skill itu…
Read more
Pernahkah Anda berada di depan layar, kursor berkedip di editor kode, dengan dua tab terbuka di browser? Tab pertama adalah halaman pricing API yang super canggih, menjanjikan keajaiban dalam tiga baris kode. Tab kedua adalah repositori GitHub yang… yah, terlihat rumit, penuh dengan issue dan dokumentasi yang tersebar. Anda, sebagai founder, product manager, atau developer, merasakan tekanan itu. Di satu sisi, ada janji kecepatan instan dari solusi proprietary (milik perusahaan). Di sisi lain, ada bisikan penuh harapan dari dunia platform AI open source yang menjanjikan kebebasan. Ini bukan sekadar pilihan teknis. Ini pilihan tentang masa depan produk Anda. Tentang biaya, tentang kontrol, dan tentang ‘jiwa’ dari apa yang sedang Anda bangun. Saya pernah berada di persimpangan itu.…
Read more
Pernahkah Anda berada di sebuah ruangan penuh orang, namun merasa paling kesepian? Atau mungkin, Anda pernah menatap layar, membaca sebuah terjemahan yang secara teknis benar, tapi terasa… hampa? Kosong. Tak bernyawa. Bagi saya, seorang yang hidup dan bernapas dari kata-kata, kegagalan komunikasi adalah salah satu sumber frustrasi terbesar. Bahasa seharusnya menjadi jembatan, tapi seringkali ia malah terasa seperti tembok yang tinggi dan dingin. Kita punya begitu banyak hal untuk dikatakan, namun begitu sedikit yang benar-benar sampai dan terasa. Selama bertahun-tahun, saya memandang teknologi sebagai bagian dari masalah. Ia membuat komunikasi jadi cepat, tapi dangkal. Sampai akhirnya, saya menemukan sebuah persimpangan jalan yang mengubah segalanya. Sebuah dunia di mana teknologi tidak berusaha menggantikan manusia, tapi justru berjuang keras…
Read more
Pernahkah Anda menghabiskan waktu berminggu-minggu merancang arsitektur model machine learning yang canggih? Anda gunakan library terbaru, Anda baca belasan paper penelitian, dan dengan penuh semangat menekan tombol “train”. Lalu… hasilnya? Akurasi 55%. Nyaris tidak lebih baik dari tebak-tebakan koin. Saya pernah di posisi itu. Frustrasi? Tentu saja. Saya ingat sekali, di proyek AI pertama saya, saya menyalahkan modelnya. “Mungkin hyperparameter-nya kurang pas,” pikir saya. “Mungkin saya butuh GPU yang lebih kuat.” Saya salah besar. Masalahnya bukan di model yang canggih. Masalahnya ada di fondasinya. Di bahan bakunya. Anda pasti pernah dengar pepatah klise itu: “Garbage In, Garbage Out.” Di dunia AI, pepatah itu bukan klise. Itu adalah hukum alam yang brutal. Di sinilah saya akhirnya sadar—dengan cara…
Read more