Pernahkah Anda merasakan sebuah keajaiban kecil yang sedikit menyeramkan? Misalnya, ketika Anda baru saja membicarakan keinginan berlibur ke pantai, dan beberapa menit kemudian, linimasa media sosial Anda dipenuhi iklan tiket pesawat dan hotel di Bali. Sebagian dari diri kita mungkin berdecak kagum, “Wow, canggih sekali!” Namun, ada suara kecil di belakang kepala yang berbisik, “Tunggu dulu… seberapa banyak yang mereka tahu tentang saya?” Jika Anda pernah merasakan sentilan keresahan itu, Anda tidak sendirian. Saya pun merasakannya. Perasaan campur aduk antara takjub dan waswas itulah yang mendorong saya untuk menyelam lebih dalam ke sebuah topik yang terasa begitu teknis, namun sesungguhnya sangat personal: etika kecerdasan buatan. Ini bukan lagi percakapan di menara gading para akademisi atau di ruang…
Read more
Pernahkah Anda duduk di depan editor kode, menatap baris-baris logic yang sempurna, lalu bertanya pada diri sendiri, “Untuk apa semua ini?” Saya pernah, dan cukup sering. Sebagai developer, kita sering terjebak dalam rutinitas: membangun API, mengoptimalkan database, atau mengejar deadline sprint. Kita lihai merangkai teknologi, tapi kadang kita lupa untuk apa teknologi itu diciptakan—untuk manusia. Keresahan inilah yang membawa saya pada sebuah perjalanan tak terduga, sebuah proyek AI dengan python yang tidak hanya menantang kemampuan teknis saya, tetapi juga membuka mata hati saya. Ini adalah cerita di balik layar, catatan perjalanan jujur tentang bagaimana saya mencoba membangun jembatan komunikasi digital bagi teman-teman Tuli melalui aplikasi penerjemah bahasa isyarat. Jika Anda seorang developer yang mencari percikan inspirasi, atau…
Read more
Pernahkah Anda menatap layar, melihat sebuah gambar atau paragraf teks yang dihasilkan oleh AI, dan merasakan sedikit getaran di dalam dada? Bukan getaran kekaguman, tapi getaran… cemas. Sebuah pertanyaan pelan yang berbisik, “Apakah pekerjaan saya akan aman?” Jika pernah, percayalah, Anda tidak sendirian. Saya pun pernah berada di posisi itu. Duduk di kantor hingga larut, mengerjakan laporan yang butuh analisis berjam-jam, sementara di belahan dunia lain, sebuah algoritma mungkin bisa menyelesaikannya dalam hitungan menit. Rasa bangga akan keahlian yang kita bangun bertahun-tahun, tiba-tiba terasa begitu rapuh. Kecemasan itu nyata. Namun, setelah melewati malam-malam penuh refleksi dan riset mendalam, saya menemukan sebuah kebenaran yang menenangkan sekaligus menantang: AI bukanlah gelombang tsunami yang akan menenggelamkan kita, melainkan ombak besar…
Read more
Pernahkah kamu melihat sebuah teknologi AI—mungkin sebuah aplikasi yang bisa menciptakan gambar dari teks, atau chatbot yang menjawab begitu manusiawi—dan dalam hati berbisik, “Wow, bagaimana cara kerjanya? Aku juga mau bisa buat seperti itu!” Jika pernah, kita berada di perahu yang sama. Ada semacam dinding kaca raksasa antara kita dan dunia Artificial Intelligence. Kita bisa melihat keajaibannya, tapi terasa begitu rumit, begitu mustahil untuk disentuh. Rasanya, dunia itu hanya untuk para jenius matematika atau mereka yang sudah akrab dengan kode sejak kecil. Saya tahu persis perasaan itu. Keraguan, rasa tertinggal, dan sedikit rasa takut yang bercampur dengan kekaguman. Tapi, bagaimana jika saya katakan bahwa dinding kaca itu sebenarnya adalah sebuah pintu? Dan kuncinya adalah kemauan untuk belajar…
Read more